Selasa, 28 Agustus 2012

Contoh Proposal Penelitian


BAB II
LANDASAN TEORITIS

      A.    Kerangka Teoretis
Dalam suatu penelitian kerangka teoretis mempunyai kedudukan yang sangat penting, karena kerangka teoretis itu merupakan titik tolak bergeraknya seorang peneliti dalam melaksanakan penelitiannya.
Pentingnya kerangka teoretis dalam suatu penelitian dapat kita lihat pendapat Surakhmad ( 1982 : 36
) yang menyakan :
“Untuk melaksanakan suatu penelitian kita harus mempunyai suatu kerangka teoretis sebagai titik tolak berfikir untuk menyusun program penelitian atau sebagai tolak ukur memulai perencanaan yang dapat menjadi arah dan batas bagi peneliti dan mudah pelaksanaan penelitian baik sebagai dasar berfikir membuat program, dan akan dilanjutkan sabagai dasar peneliti”.
Untuk memehami mengenai penelitian ini, peneliti terlebih dahulu memberikan pengertian-pengertian menurut para ahli mengenai komponen-komponen yang terdapat pada variable penelitian ini. Kerangka teoretis disini yang akan dibahas adalah pengertian majas,pengertian majas metafora, komponen metafora, jenis-jenis majas, majas yang terdapat dalam puisi Aku,

1.      Pengertian Kemampuan
Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan. Dapat disimpulkan kemampuan adalah suatu kesanggupan yang merupakan kecendrungan untuk berusaha sedaya upaya mungkin, serta mampu atau sanggup melakukan apa yang dikhendaki oleh seorang individu.
2.      Pengertian Majas
Untuk memahami yang dimaksud dengan majas atau gaya bahasa peneliti mengutip pendapat para ahli yang mengatakan sebagai berikut: keraf ( 2007: 113 ) berpendapat majas adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperhatikan jiwa dan kepribadian penulis ( pemakai bahasa ). Kosasih ( 2007 : 121 ) menyatakan majas atau gaya bahasa adalah kias, bahasa yang dipergunakan untuk menciptakan efek trtentu.
            Gaya bahasa atau style menjadi bagian dari diksi atau pilihan kata yang mempersoalkan sesuai tidaknya pemakaian kata, frase, klusa, dan kalimat, bahkan mencakup pula wacana secara keseluruhan. Menurut Keraf ( 2005 : 113 ) style atau gaya bahasa dapat dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara lisan maupun tulisan khas yang memperlihatkan jiwa kepribadian penulis ( pemakai bahasa ).
            Kridalaksana ( 1993 : 49 ) mengatakat gaya bahasa adalah pemanfaatan dan kekayaan bahasa oleh seseorang dalam bertutur dan menulis.
            Kosasih ( 2007 : 121 ) mengatakan, bahwa “Majas ( figurative language ) adalah bahasa kias, bahasa yang di pergunakan untuk menciptakan efek tertentu. Majas merupakan bentuk retoris, yang penggunaannya antara lain untuk menimbulkan kesan imajinatif bagi penyimak dan pembacanya.
            Bertolak dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa majas adalah bahasa yang indah yang dipilih seorang pengarang dalam mengungkapkan ide-ide ceritanya, sehingga karya-karyanya semakin indah.
3.      Pengertian Majas Metafora
            Struktur dasar metafora sangat sederhana, yaitu sesuatu yang dibicarakan, dan ada sesuatu yang dipakai sebagai perbandingan. Jadi gaya bahasa metafora adalah gaya bahasa yang memperbandingkan sesuatu benda yang lain. Misalnya kedua benda yang diperbandingkan mempunyai sifat yang sama. Contohnya kata jago yang mengacu kepada ayam yang baik ketika diadu. Pengertian kata jago kiat di ambil, kemudian dibandingkan dengan seorang pelari. Pelari itu mungkin pelari yang baik dank arena itu kita katakana, ia jago lari. Kata matahari dikatakan raja siang dan bulan dikatakan raja malam atau dewi malam. Urutkan kata api berkobar, kita katakana sijago merah dan kata gelandangan kita katakana sampah masyarakat.
            Berdasarkan uraian di atas metafora dapat dirinci 3 golongan, yakni :
1    .      Metafora antropromorfis
2    .      Metafora binatang
3    .      Metafora sinestetik
Metafora antropromorfis ( anthropomorphic ) adalah metafora yang berhubungan dengan diri manusia. Telah diketahui bahwa diri manusia terdiri dari unsur-unsur berupa hati, jantung, mata, mulut, punggung, tangan dan seterusnya. Hal-hal yang berhubungan dengan manusia yakni pemikirannya, pengalaman dan perasaannya. Manusia membandingkan dan mengasosiasikan unsur-unsur badannya dengan alam sekitar, sehingga lahirlah metafora : mulut sungai, jantung kota, jantung pertahanan lawan, mata pencaharian, mata pisau, tangan kursi, punggung gunung, urat nadi penghubung, dan sebagainya.
Bersarkan pengalaman, manusia mengenal kata batang, buah daun, dan karena ini lahirlah Metafora yakni : batang tubuh, buah hati, daun telinga, ini sebuah metafora yang berhubungan dengan diri manusia. Kalau orang berkata mulut sungai, orang menghubungkan kata mulut yang ada pada manusia dan serta kata mulut sungai. Telah diketahui bahwa unsur mulut terdapat didepan. Kalau pengertian ini di kaitkan dengan mulut sungai, maka pastilah asosiasi mengacu ketempat yang didepan. Tempat yang didepan pada sebuah sungai yakni muara. Demikian pula ada orang mengatakan, urat nadi penghubung, asosiasi kita segera menghubungkannya dengan urat nadi pada diri manusia. Urat nadi merupakan yang penting didalam tubuh, tempat mengalir darah-darah dan zat-zat makanan. Kita kaitkan dengan perhubungan, misalnya : jalan dan sungai, karena itu muncullah kalimat sungai urat nadi penghubungan.
Metafora binatang, disamping metafora yang berhubungan dengan diri manusia, terdapat metafora yang berhubungan dengan binatang. Metafora binatang yakni asosiasi mambandingkan sifat-sifat binatang dan sifat manusia yang menampak. Yang diperbandingkan sebenarnya bukan saja sifat, tetapi juga unsur-unsur tubuh manusia. Oleh sebab itu lahirlah unsur kata : cakar ayam, orang mengatakan, tulisanmu cakar ayam, orang segera mengasosiasikannya dengan kenyataan tulisan tersebut dengan tempat yang dicakar-cakar ayam karena mencari makanan.
Ayam yang mencakar-cakar dengan maksud mencari makanan, terlihat keadaan tanah yang bergaris-garis tidak terarur. Dengan demikian, tulisanmu cakar ayam, keadaannya seperti garis-garis yang terdapat ditanah karena dicakae-cakar ayam. Dengan kata lain tulisan tersebut buruk.
Metafora sinestik, yakni metafora yang didasarkan pada perubahan kegiatan diri indra keindra yang lain. Misalnya dari indra pendengaran keindra perasa, yang menghasilkan metafora: music yang keras, suara halus, suara keras, kalau orang mengatakan, “suara keras menakutkan bayi”. Maka bayangan kita mengacu kepada orang berbicara keras-keras. Jadi lambang mengacu kapada kenyataan. Ada pula metafora sebagai akibat perubahan kegiatan indra pencium keindra peraba, misalnya, parfum yang berbau lembut ; dari indra penglihatan keindra
Menurut Kosasih ( 2007 : 121 ) mengatakan, “Metafora adalah majas perbandingan yang diungkapkan secara singkat dan padat. Contoh :
·         Dia  dianggap anak emas majikannya
·         Perpustakaan adalah gudang ilmu

Baik secara langsung maupun tidak langsung, lambang-lambang sering kali mengambil bentuk metafora. Menurut Tarigan (1982 : 169) mengatakan bahwa “ pada prinsipnya metafora merupakan sejenis analogi, suatu komparasi terhadap dua hal yang dalam beberapa segi mengandung persamaan. Harus diinsyafi benar-benar bahwa dalam sastra dipergunakan beraneka ragam metafora, namun dalam pembicaraan disini dibatasi pada jenis-jenis yang amat sering dimanfaatkan oleh pada pengarang saja”
Persamaan adalah sejenis metafora yang merupakan suatu analogi eksplisit yang ditandai oleh kata seperti, sebagai, bak, sempurna, dan sejenisnya. Contoh : seperti pungguk merindukan bulan. Rambutnya bak mayang terurai.
Personifikasi merupakan sarana bahasa yang memperlakukan objek-objek yang mati ataupun yang bukan manusia sebagai yang hidup atau yang bersifat manusia.
Contoh :
1.  Laut memanggil putra-putri bangsa.
2. Tanah-tanah gersang menghimbau para arif bijaksana
3.  Angin sepoi mengelus pipinya yang lembut.
     Sinekdohe merupakan sejenis metafora : sebagai menyatakan keseluruhan atau keseluruhan menyatakan sebagian:

I    Contoh :
     Berilah kami roti sehari-hari.
     Kerlingan matanya membuat daku terpaku.
Metonimia, sejenis metafora suatu sifat khusus dipergunakan sebagai pengganti sesuatu objek atau sesuatu profesi. Contoh : dia hidup dari bedil. ( Bedil dipergunakan sebagai pengganti profesi militer). Paman saya akan diberi toga bulan depan. (Toga dipakai sebagai pengganti profesi maha guru atau guru besar).
Keraf (2006 : 139-140) bahwa, metafura adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat, separti bunga bangsa, buaya darat, buah hati, indera mata, dan sebagainya. Metafora sebagai perbandingan langsung, tidak menggunakan kata seperti, bak, bagai, bagaikan, dan lain-lain. Dalam metafora, pokok pertama langsung dihubungkan dengan pokok kedua. Proses terjadinya, sebenarnya sama dengan simile, tetapi secara berangsur-angsur keterangan mengenai persamaan dan pokok pertama dihilangkan. Misalnya sebagai berikut :
(1)   Pemuda adalah seperti bunga bangsa. (menjadi)
Pemuda adalah bunga bangsa (menjadi)
Pemuda bunga bangsa. (menjadi)
Bunga bangsa
(2)   Orang itu adalah seperti buaya darat. (menjadi)
Orang itu adalah buaya darat (menjadi)
Orang itu buaya darat. (menjadi)
Buaya darat.
Selanjutnya, dijelaskan pula bahwa metafora tidak selalu menduduki fungsi predikat,
Tetapi dapat juga menduduki fungsi lain, seperti subjek, objek, dan sebagainya. Metafora dapat berdiri sendiri sebagai kata. Disinilah letak perbedaan metafora dengan simile. Simile tidak dapat berdiri sendiri sebagai kata karena keberadaan konteks sangat diperlukan untuk membantu mempersamaan  makna.

      4.      Komponen-komponen Metafora
Sebagai sebuah ungkapan, metafora memiliki bagian-bagian sebagai unsur atau komponen pembangunnya. Sehubungan dengan itu,  Metafora terdiri dua bagian (term) yaitu term pokok (principal term) dan term kedua (secondary term). Term pokok disebut juga tenor, term kedua disebut juga vehicle. Term pokok (tenor) menyebutkan hal yang dibandingkan, sedang term kedua (vehicle) adalah hal yang dipakai untuk menbandingkan.
Pada pembahasan pengertian metafora yang telah disampikan di depan. Keraf (2006:139-140) mengemukakan bahwa, metafora adalah semacam analogi yang membanding dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang disingkat, seperti bunga bangsa, buaya darat, buah hati, dan sebagaianya. Sebagai perbandingan langsung, tidak menggunakan kata seperti bak, bagai, bagaikan, dan lain-lain.
      5.      Macam-macam Metafora
Dimuka telah dijelaskan bahwa gaya bahasa, termasuk metafora, merupakan cirri khas gaya mengunakan bahasa untuk menyampaikan pikiran dan perasaannya pada orang lain (pembaca).  Setiap gaya yang kreatif akan mencari dan menemukan keasliannya (kareteristik) masing-masing dalam bertutur. Hal ini karena gaya bahasa kiasan, khususnya metafora, seolah-olah merupakan ladang subur bagi para penyair untuk berkreasi menciptakan ungkapan-ungkapan yang khas dan berdaya ungkap kuat tanpa melupakan estetika. Begitu banyak corak metafora yang ditemukan akan dipaparkan klasifikasi metafora ditinjuan dari beberapa segi, yaitu  segi sifatnya, segi keterpakaiannya, dan segi bentuk sintaksisnya. Selanjutnya, paparan yang dimaksud disagikan seperti dibawah ini.

1)      Berdasarkan Sifatnya
Dalam penjelasannya tentang metafora, bahwa contoh-contoh metafora seperti lintah darat, bunga bangsa, kambing hitam, bunga sedap malam, dan sebagainya digolongkan sebagai metafora klasik (konvensional).
Metafora klasik (konvensional) adalah metafora yang sudah dimiliki masyarakat pemekai bahasa. Metafora jenis ini lazim dipahami sebagai bentuk metafora. Ia banyak digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Keberadaannya dapat dilacak dalam kamus-kamus idiom (ungkapan).

2)      Berdasarkan Keterpakaiaannya
Pembagian metafora berdasarkan keterpakaiannya yang dimaksudkan adalah terpakai tidaknya sebagai metafora pada masa sekarang ungkapan-ungkapan yang sebelumnya merupakan metafora. Hal ini karena adanya kenyataan bahwa bentuk-bentuk metafora tertentu yang sudah tua dan lazim dianggap tidak memilki nilai kias lagi dalam kandungan maknanya. Ada metafora yang disebut dengan metafora mati. Metafora mati adalah metafora yang sudah klise. Metafora semacam ini sudah dilupakan. Sebagai contoh ungkapan kaki gunung, lengan kursi dan sebagainya. Keraf (2006:139-140) menyatakan bahwa bila pada masa sekarang sebuah metafora masih dapat ditentukan makna dasar dari konotasinya. Maka metafora itu masih hidup, tetapi bila konotasinya  tidak dapat ditentukan lagi, maka metafora itu sudah mati, sudah merupakan klise. Untuk memperjelas pendapatannya, disajikan contoh sebagai berikut:
a.       Perahu itu mengergaji ombak
b.      Mobilnya batuk-batuk sejak tadi pagi
c.       Pemuda-pemudi adalah bunga bangsa
Kata-kata mengergaji, batuk-batuk, dan bunga bangsa masih hidup dengan arti aslinya. Sebab itu, penyimpangan makna seperti yang terdapat dalam kalimat-kalimat diatas merupakan metafora yang hidup. Namun, proses penyimpangan semacam itu pada suatu saat dapat membawa pengaruh lebih lanjut dalam perubahan makna kata. Metafora yang sudah sangat umum, lama-kelamaan diluapkan orang itu metafora sehingga makna yang baru itu dianggap sebagai makna yang kedua atau ketiga seperti: berlayar berkembang, jembatan, dan sebagainya.
Metafora semacam ini adalah metafora mati. Dengan matinya sebuah metafora, pemakai bahasa berada kembali didepan sebuah kata yang mempunyai denotasi baru. Metafora semacam ini dapat membentuk sebuah kata kerja, kata sifat, kata benda, frase atau klausa, seperti menarik hati, memegang jabatan, mengembangkan, menduga dan sebagainya.

3)        Berdasarkan Bentuk Sintaksisnya
Dilihat dari bentuk sintaksisnya, ada tiga macam metafora yaitu, metafora nomina, metafora predikat, dan metafora kalimat. Dijelaskan metafora nomina merupakan metafora yang memilki potensi menduduki potensi satuan gramatika (satuan bahasa) pembangun kalimat yang disebut subjek dan objek. Contoh “nenek melirik tadi pagi.”

      6.      Pengertian puisi
Menurut KBBI Puisi adalah syair, sastra yang berbentuk sajak, pantun dan sebagainya.
Puisi adalah curahan jiwa atau luapan hati seseorang penyair yang di sampaikan sacara spontan seraya mengandung perasaan-perasaan penuh daya bayang, irama, dan keindahan. Secara singkat, puisi ialah curahan atau luapan hati hati seseorang penyair secara spontan.

AKU

Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulanya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidah peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
(Chairil Anwar)

Puisi itu brjudul “AKU”. “Aku” adalah kata ganti untuk memperhatikan atau menonjolkan diri sendri. “Aku” adalah kata ganti yang paling tepat untuk memperhatikan individualisme. Jadi majas metafora yang terdapat
Aku ini binatang jalang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar