Kalimat dan Pembahasannya
1.
Pengertian Kemampuan
Di
dalam kamus bahasa Indonesia, kemampuan berasal
dari kata “mampu” yang berarti kuasa (bisa, sanggup,
melakukan sesuatu, dapat, berada, kaya, mempunyai
harta berlebihan). Kemampuan
adalah suatu kesanggupan
dalam melakukan sesuatu. Seseorang dikatakan mampu
apabila ia bisa melakukan sesuatu yang
harus ia lakukan.
Dari
pengertian pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemampuan
(ability) adalah kecakapan atau potensi menguasai suatu keahlian yang merupakan
bawaan sejak lahir atau merupakan hasil latihan atau praktek dan digunakan
untuk mengerjakan suatu yang diwujutkan melalui tindakan.
Lebih
lanjut Robbins (2000, p. 46-48) menyatakan bahwa kemampuan terdiri dari dua
faktor, yaitu:
a. Kemampuan
intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas secara mental.
b. Kamampuan
fisik merupakan kemampuan melakukan aktifitas berdasarkan stamina kekuatan dan
karakteristik fisik.
Menurut
Keith Davis Mangkunegara (2000, p. 67), “secara psikologis, kemampuan (ability)
terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (knoledge + skill),
artinya karyawan yang memiliki IQ di atas rata-rata dengan pendidikan yang
memadai untuk jabatan dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-jari,
maka akan lebih mudah mencapai kinerja maksimal”.
Dari
pengertian pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemampuan
(ability) adalah kecakapan atau potensi menguasai suatu keahlian yang merupakan
bawaan sejak lahir atau merupakan hasil latihan atau praktek dan digunakan
untuk mengerjakan suatu yang diwujutkan melalui tindakan.
2. Pengertian
Kalimat
Kalimat
adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang
mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan
suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi
akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin kalimat dimulai dengan huruf kapital
dan diakhiri dengan tanda titik. (.), tanda tanya (?) dan tanda seru (!).
3. Pengertian
Kalimat Efektif
Hai
ini sebagai mana yang diungkapkan Rajak (1986: 2) mengatakan bahwa, “kalimat
dikatakan efektif bila mampu membuat proses penyampaian dan penerimaan itu
berlangsung dengan sempurna”.
Keraf
(1980: 36) mengatakan bahwa kalimat diaktakan efektif apabila “kalimat tersebut
secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara dan penulis, serta
mampu menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengaran atau
pembaca seperti yang dipikirkan pembicara atau penulis”.
Dari
dua defenisi tersebut dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa kalimat efektif
adalah suatu kalimat yang secara sadar atau segaja disusun untuk memcapai daya
informasi yang tepat dan baik.
4. Syarat-syarat
Kalimat Efektif
Sejalan
dengan pokok pikiran diatas, Keraf (1994: 34) mengemukakan beberapa syarat yang
harus diperhatikan dalam menciptakan kalimat efektif yaitu:
“kesatuan
gagasan, koherensi yang kompak, penekanan, variasi, paralisme dan penalaran”.
a.
Kesatuan Gagasan
Pada
umumnya, dalam sebuah kalimat terdapat satu ide atau gagasan hendak disampaikan.
Namun, bukan berarti suatu kalimat tidak boleh mengandung lebih dari satu ide
atau gagasan. Secara praktis, kesatuan gagasan diwakili oleh subjek, predikat,
dan objek yang boleh ada dan boleh tidak. Berikut ini akan kirta lihat contoh
kesatuan gagasan yang jelas dan tidak jelas :
1.
Kesatuan Gagasan yang Jelas
Semoga
keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan iman. (kesatuan tunggal)
Dia
telah meninggalkan rumahnya jam enam pagi, dan telah berangkat dengan pesawat
satu jam yang lalu. (kesatuan gabungan)
Kamu
boleh menyusul saya ke tempat itu atau tunggal saja di sini. (kesatuan pilihan)
2.
Kesatuan Gagasan yang Tidak Jelas
Pembangunan
gedung sekolah baru pihak yayasan dibantu oleh bank yang memberikan kredit.
(terdapat subjek ganda dalam kalimat tunggal)
Dalam
pendidikan juga sangat berhubungan erat dengan bahasa. (memakai kata depan yang
salah sehingga gagasan kalimat menjadi kacau)
Berdasarkan
agenda sekretaris manajer personalia akan memberi arahan kepada pegawai baru.
(tidak jelas siapa yang memberi arahan).
b.
Kepaduan (koherensi)
Yaitu
hubungan timbal-balik yang baik dan jelas antara unsur-unsur ( kata atau
kelompok kata ) yang membentuk kata itu. Setiap bahasa memiliki kaidah-kaidah
tersendiri bagaimana mengurutkan gagasan tersebut. Ada bagian-bagian kalimat
yang memiliki hubungan yang lebih erat sehingga tidak boleh dipisahkan, ada
yang lebih renggang kedudukannya sehingga boleh ditempatkan dimana saja, asal
jangan disisipkan antara kata-kata atau kelompok-kelompok kata yang rapat
hubungannya.
1.
Hal-hal yang Merusak Koherensi :
-
Koherensi rusak karena tempat kata dalam
kalimat tidak sesuai dengan pola kalimat.
-
Kesalahan menggunakan kata-kata depan, kata penghubung, dan
sebagainya.
-
Pemakaian kata, baik kerena merangkaikan
dua kata yang bermakna tidak tumpang tindih, atau hakekatnya mengandung
kontradiksi.
-
Kesalahan menempatkan keterangan aspek
(sudah, telah, akan, belum, dan sebagainya) pada kata kerja tanggap.
Contoh:
Pengarang
itu menceritakan tentang pengalaman masa kecilnya. (salah)
Pengarang
itu menceritakan pengalaman masa kecilnya. (benar)
c.
Keparalelan (kesejajaran)
Keparalelan
atau kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang digunakan dalam
kalimat itu. Jika pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan
verba. Jika kalimat pertama menggunakan kata kerja berimbuhan me-, maka kalimat
berikutnya harus menggunakan kata kerja berimbuhan me- juga.
Contoh:
Kakak
menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (tidak efektif)
Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Harga
sembako dibekukan atau kenaikkan secara luwes. (tidak efektif)
Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes. (efektif)
Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes. (efektif)
d.
Ketetapan
Adalah
sesesuian/kecocokan pemakaian unsur-unsur yang membangun suatu kalimat sehingga
terbentuk pengertian yang bulat dan pasti. Diantara semua unsur yang berperan
dalam pembentukan kalimat, harus diakui bahwa kata memengang peranan terpenting
tanpa kata kalimat tidak akan ada. Akan tetapi, perlu diingat kadang-kadang
kita harus memilih dengan akurat satu kata, satu frase, satu idiom, satu tanda
baca dari sekian pilihan demi terciptanya makna yang bulat dan pasti.
Contoh:
Karyawan
teladan itu memang tekun bekerja dari pagi sehingga petang. (salah)
Karyawan
teladan itu memang tekun bekerja dari pagi sampai petang. (benar)
e.
Kehematan
Adalah
adanya upanya menghindari pemakaian kata yang tidak perlu. Hemat disini berarti
tidak memakai kata-kata mubajir, tidak mengandung subjek, tidak menjamakan kata
yang memang sudah berbentuk jamak. Dengan hemat kata, diharapkan kalimat
menjadi padat berisi.
Contoh
:
Saya
melihat dengan mata kepala saya sendiri mahasiswa itu belajar sepanjang hari
dari pagi sampai sore. (tidak hemat)
Saya
melihat sendiri mahasiswa itu belajar seharian. (hemat)
f.
Kelogisan
Kelogisan
ialah terdapat arti kalimat yang logis/masuk akal. Logis dalam hal ini juga
menuntut adanya pola pikir yang sistematis (runtut/teratur dalam perhitungan
angka dan penomoran). Sebuah kalimat yang sudah benar strukturnya, sudah benar
pula pemakaian tanda baca, kata, atau frasenya, dapat menjadi salah jika
maknanya lemah dari segi logika berbahasa.
Contoh
:
Kambing
sangat senang bermain hujan. (padahal kambing tergolong binatang anti air)
Rumput
makan kuda. (padahal tidak ada rumput yang bisa makan kuda yang ada kuda makan
rumput).
5. Struktur
Kalimat
Misalnya
anda mau menyatakan saya menulis surat buat Papa. Efek yang ditimbulkan akan
sangat lain, bila dikatakan:
Buat
Papa menulis surat saya.
Sarat
saya menulis buat Papa.
Menulis
saya surat buat Papa.
Papa
saya buat menulis surat.
Saya
Papa buat menulis surat.
Buat
Papa surat saya menulis.
a.
Subjek
Subjek
adalah unsur yang diperkata dalam sebuah kalimat. Kata-kata yang dicetak tebal
pada contoh-contoh dibawah ini berfungsi sebagai subjek dalam kalimat
bersangkutan.
Aku
sebetulnya seorang artis
Sukses
yang kuperoleh di bidang lain, tidak lain karena nasib baik.
Dalam
sebuah kalimat, sering kali terdapat kata-kata yang berfungsi membuat subjek
itu lebih jelas atau mempertegas kedudukannya. Kata-kata demikian disebut
keterangan subjek. Misalnya, kata-kata yang kuperoleh dalam kalimat sukses yang
kuperoleh tidak lain karena nasib baik.
b.
Predikat
Kata
yang dalam sebuah kalimat berfungsi memberitahukan apa, mengapa atau bagaimana
subjek itu disebut predikat. Yang berfungsi selaku unsur predikat dalam contoh
di bawah ini:
Aku
sebetulnya seorang artis
Rasa
jemu yang mengamuk jua dalam jiwaku.
Kata-kata
artis dalam mengamuk merupakan unsur predikat dalam masing-masing kalimat di
atas.
c.
Pelengkap
Sering
kali predikat sebuah kalimat harus dilengkapi lagi dengan unsur lain, sehingga
terjadiilah suatu pernyataan yang lebih lengkap. Misalnya:
Adik
menulis surat.
Bagian
yang dicetak tebal adalah sebagai unsur pelengkap.
d.
Frase
Bentuknya
merupakan sebuah kelompok kata dan sering kali berfungsi sebagai keterangan
predikat untuk keperluan-keperluan tertentu. Misalnya, untuk menyatakan
keterangan waktu, keterangan sebab, keterangan tempat, dan lain sebagainya.
Contoh
:
Karena
tidak setuju, ia terpaksa mencari jalan lain.
Rapat
itu dilanjutkan lagi sehabis makan siang.
e.
Klausa
Sama
dengan sebuah frase, klausa juga terbentuk sebuah kelompok kata. Bedanya,
klausa mempunyai unsur-unsur subjek dan predikat, frase tidak. Misalnya dalam
kalimat-kalimat berikut:
Buku
itu tidak jadi saya beli karena harganya mahal.
Sementara
hujan masih turun, pekerjaan terpaksa dihentikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar