Jumat, 31 Agustus 2012

Kalimat dan Pembahasannya


     Kalimat dan Pembahasannya
       1.      Pengertian Kemampuan

Di  dalam  kamus  bahasa  Indonesia,  kemampuan  berasal  dari kata “mampu”  yang berarti kuasa  (bisa,  sanggup,  melakukan  sesuatu, dapat, berada,  kaya,  mempunyai  harta berlebihan).  Kemampuan
adalah  suatu kesanggupan  dalam  melakukan  sesuatu. Seseorang dikatakan  mampu  apabila ia  bisa  melakukan  sesuatu  yang  harus  ia lakukan.
Dari pengertian pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemampuan (ability) adalah kecakapan atau potensi menguasai suatu keahlian yang merupakan bawaan sejak lahir atau merupakan hasil latihan atau praktek dan digunakan untuk mengerjakan suatu yang diwujutkan melalui tindakan.
Lebih lanjut Robbins (2000, p. 46-48) menyatakan bahwa kemampuan terdiri dari dua faktor, yaitu:
a.       Kemampuan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas secara mental.
b.      Kamampuan fisik merupakan kemampuan melakukan aktifitas berdasarkan stamina kekuatan dan karakteristik fisik.
Menurut Keith Davis Mangkunegara (2000, p. 67), “secara psikologis, kemampuan (ability) terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (knoledge + skill), artinya karyawan yang memiliki IQ di atas rata-rata dengan pendidikan yang memadai untuk jabatan dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-jari, maka akan lebih mudah mencapai kinerja maksimal”.
Dari pengertian pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemampuan (ability) adalah kecakapan atau potensi menguasai suatu keahlian yang merupakan bawaan sejak lahir atau merupakan hasil latihan atau praktek dan digunakan untuk mengerjakan suatu yang diwujutkan melalui tindakan.
      2.      Pengertian Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. (.), tanda tanya (?) dan tanda seru (!).

      3.      Pengertian Kalimat Efektif
Hai ini sebagai mana yang diungkapkan Rajak (1986: 2) mengatakan bahwa, “kalimat dikatakan efektif bila mampu membuat proses penyampaian dan penerimaan itu berlangsung dengan sempurna”.
Keraf (1980: 36) mengatakan bahwa kalimat diaktakan efektif apabila “kalimat tersebut secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara dan penulis, serta mampu menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengaran atau pembaca seperti yang dipikirkan pembicara atau penulis”.
Dari dua defenisi tersebut dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa kalimat efektif adalah suatu kalimat yang secara sadar atau segaja disusun untuk memcapai daya informasi yang tepat dan baik.

      4.      Syarat-syarat Kalimat Efektif
Sejalan dengan pokok pikiran diatas, Keraf (1994: 34) mengemukakan beberapa syarat yang harus diperhatikan dalam menciptakan kalimat efektif yaitu:
“kesatuan gagasan, koherensi yang kompak, penekanan, variasi, paralisme dan penalaran”.

       a.      Kesatuan Gagasan
Pada umumnya, dalam sebuah kalimat terdapat satu ide atau gagasan hendak disampaikan. Namun, bukan berarti suatu kalimat tidak boleh mengandung lebih dari satu ide atau gagasan. Secara praktis, kesatuan gagasan diwakili oleh subjek, predikat, dan objek yang boleh ada dan boleh tidak. Berikut ini akan kirta lihat contoh kesatuan gagasan yang jelas dan tidak jelas :
1.      Kesatuan Gagasan yang Jelas
Semoga keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan iman. (kesatuan tunggal)
Dia telah meninggalkan rumahnya jam enam pagi, dan telah berangkat dengan pesawat satu jam yang lalu. (kesatuan gabungan)
Kamu boleh menyusul saya ke tempat itu atau tunggal saja di sini. (kesatuan pilihan)
2.      Kesatuan Gagasan yang Tidak Jelas
Pembangunan gedung sekolah baru pihak yayasan dibantu oleh bank yang memberikan kredit. (terdapat subjek ganda dalam kalimat tunggal)
Dalam pendidikan juga sangat berhubungan erat dengan bahasa. (memakai kata depan yang salah sehingga gagasan kalimat menjadi kacau)
Berdasarkan agenda sekretaris manajer personalia akan memberi arahan kepada pegawai baru. (tidak jelas siapa yang memberi arahan).   
      b.      Kepaduan (koherensi)
Yaitu hubungan timbal-balik yang baik dan jelas antara unsur-unsur ( kata atau kelompok kata ) yang membentuk kata itu. Setiap bahasa memiliki kaidah-kaidah tersendiri bagaimana mengurutkan gagasan tersebut. Ada bagian-bagian kalimat yang memiliki hubungan yang lebih erat sehingga tidak boleh dipisahkan, ada yang lebih renggang kedudukannya sehingga boleh ditempatkan dimana saja, asal jangan disisipkan antara kata-kata atau kelompok-kelompok kata yang rapat hubungannya.
1.      Hal-hal yang Merusak Koherensi :
-          Koherensi rusak karena tempat kata dalam kalimat tidak sesuai dengan pola kalimat.
-          Kesalahan menggunakan  kata-kata depan, kata penghubung, dan sebagainya.
-          Pemakaian kata, baik kerena merangkaikan dua kata yang bermakna tidak tumpang tindih, atau hakekatnya mengandung kontradiksi.
-          Kesalahan menempatkan keterangan aspek (sudah, telah, akan, belum, dan sebagainya) pada kata kerja tanggap.
Contoh:
Pengarang itu menceritakan tentang pengalaman masa kecilnya. (salah)
Pengarang itu menceritakan pengalaman masa kecilnya. (benar)
      c.       Keparalelan (kesejajaran)
Keparalelan atau kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang digunakan dalam kalimat itu. Jika pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba. Jika kalimat pertama menggunakan kata kerja berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya harus menggunakan kata kerja berimbuhan me- juga.
Contoh:
Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (tidak efektif)
Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Harga sembako dibekukan atau kenaikkan secara luwes. (tidak efektif)
Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes. (efektif)
      d.      Ketetapan
Adalah sesesuian/kecocokan pemakaian unsur-unsur yang membangun suatu kalimat sehingga terbentuk pengertian yang bulat dan pasti. Diantara semua unsur yang berperan dalam pembentukan kalimat, harus diakui bahwa kata memengang peranan terpenting tanpa kata kalimat tidak akan ada. Akan tetapi, perlu diingat kadang-kadang kita harus memilih dengan akurat satu kata, satu frase, satu idiom, satu tanda baca dari sekian pilihan demi terciptanya makna yang bulat dan pasti.
Contoh:
Karyawan teladan itu memang tekun bekerja dari pagi sehingga petang. (salah)
Karyawan teladan itu memang tekun bekerja dari pagi sampai petang. (benar)
      e.       Kehematan
Adalah adanya upanya menghindari pemakaian kata yang tidak perlu. Hemat disini berarti tidak memakai kata-kata mubajir, tidak mengandung subjek, tidak menjamakan kata yang memang sudah berbentuk jamak. Dengan hemat kata, diharapkan kalimat menjadi padat berisi.
Contoh :
Saya melihat dengan mata kepala saya sendiri mahasiswa itu belajar sepanjang hari dari pagi sampai sore. (tidak hemat)
Saya melihat sendiri mahasiswa itu belajar seharian. (hemat)
  
f.       Kelogisan
Kelogisan ialah terdapat arti kalimat yang logis/masuk akal. Logis dalam hal ini juga menuntut adanya pola pikir yang sistematis (runtut/teratur dalam perhitungan angka dan penomoran). Sebuah kalimat yang sudah benar strukturnya, sudah benar pula pemakaian tanda baca, kata, atau frasenya, dapat menjadi salah jika maknanya lemah dari segi logika berbahasa.
Contoh :
Kambing sangat senang bermain hujan. (padahal kambing tergolong binatang anti air)
Rumput makan kuda. (padahal tidak ada rumput yang bisa makan kuda yang ada kuda makan rumput).
      5.      Struktur Kalimat
Misalnya anda mau menyatakan saya menulis surat buat Papa. Efek yang ditimbulkan akan sangat lain, bila dikatakan:
Buat Papa menulis surat saya.
Sarat saya menulis buat Papa.
Menulis saya surat buat Papa.
Papa saya buat menulis surat.
Saya Papa buat menulis surat.
Buat Papa surat saya menulis.
       a.      Subjek
Subjek adalah unsur yang diperkata dalam sebuah kalimat. Kata-kata yang dicetak tebal pada contoh-contoh dibawah ini berfungsi sebagai subjek dalam kalimat bersangkutan.
Aku sebetulnya seorang artis
Sukses yang kuperoleh di bidang lain, tidak lain karena nasib baik.
Dalam sebuah kalimat, sering kali terdapat kata-kata yang berfungsi membuat subjek itu lebih jelas atau mempertegas kedudukannya. Kata-kata demikian disebut keterangan subjek. Misalnya, kata-kata yang kuperoleh dalam kalimat sukses yang kuperoleh tidak lain karena nasib baik.
      b.      Predikat
Kata yang dalam sebuah kalimat berfungsi memberitahukan apa, mengapa atau bagaimana subjek itu disebut predikat. Yang berfungsi selaku unsur predikat dalam contoh di bawah ini:
Aku sebetulnya seorang artis
Rasa jemu yang mengamuk jua dalam jiwaku.
Kata-kata artis dalam mengamuk merupakan unsur predikat dalam masing-masing kalimat di atas.
       c.       Pelengkap
Sering kali predikat sebuah kalimat harus dilengkapi lagi dengan unsur lain, sehingga terjadiilah suatu pernyataan yang lebih lengkap. Misalnya:
Adik menulis surat.
Bagian yang dicetak tebal adalah sebagai unsur pelengkap.
      d.      Frase
Bentuknya merupakan sebuah kelompok kata dan sering kali berfungsi sebagai keterangan predikat untuk keperluan-keperluan tertentu. Misalnya, untuk menyatakan keterangan waktu, keterangan sebab, keterangan tempat, dan lain sebagainya.
Contoh :
Karena tidak setuju, ia terpaksa mencari jalan lain.
Rapat itu dilanjutkan lagi sehabis makan siang.
e.       Klausa
Sama dengan sebuah frase, klausa juga terbentuk sebuah kelompok kata. Bedanya, klausa mempunyai unsur-unsur subjek dan predikat, frase tidak. Misalnya dalam kalimat-kalimat berikut:
Buku itu tidak jadi saya beli karena harganya mahal.
Sementara hujan masih turun, pekerjaan terpaksa dihentikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar